Ayakayakwaee....Ahli Hukum Islam: Larangan Duduk...

JAKARTA - Aturan mengenai larangan duduk kangkang di atas sepeda motor bagi perempuan di Aceh bisa Baca Lagi ...

Belatung di Kemaluan Gadis 11 Tahun Ini Awalnya...

JAKARTA - Gadis berinisial R (11) terbaring lemah tak sadarkan diri di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Baca Lagi ...

Densus Tembak Mati 2 Terduga Teroris Sebelum Jumatan

MAKASSAR - Polisi dari Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri menembak mati dua terduga teroris yang Baca Lagi ...

Astaga! Pakaian Dalam Bergelantungan di Lift Apartemen...

Singapura - Penghuni apartemen di Singapura dikejutkan oleh keberadaan sejumlah pakaian dalam misterius di Baca Lagi ...

Ahok Soal Pelat B 2 DKI: Kalau Sudah Dipakai Orang...

Jakarta - Wagub DKI Basuki T Purnama mengeluhkan soal nopol B 2 DKI yang bukan milik Pemprov. Nopol itu Baca Lagi ...

Jumat, 06 Mei 2011

Harta Karun, Istri, Petinggi Al Qaeda, Menyerahkan Diri, AS Gunakan Heli "Siluman"?

Jumat, 6 Mei 2011 | 11:49 WIB

Senator Tertipu Foto Palsu Mayat Osama

WASHINGTON - Tiga senator Amerika Serikat, Rabu (4/5/2011), mencabut pernyataan bahwa mereka telah melihat foto mayat Osama bin Laden. Mereka rupanya telah menjadi korban penyebaran foto palsu tentang pemimpin jaringan teroris Al Qaeda yang terbunuh itu.

Senator Saxby Chambliss, petinggi Partai Republik di Komite Intelijen Senat, telah mengatakan kepada para wartawan bahwa ia melihat sejumlah foto serbuan di Pakistan di mana gembong teroris Osama bin Laden tewas di tangan komando pasukan khusus AS. "Foto-foto itu memperlihatkan apa yang Anda harapkan dari seseorang yang telah tertembak di kepala," katanya, beberapa jam sebelum menyadari bahwa foto-foto yang tidak otentik itu telah beredar di kalangan anggota Parlemen AS.

Ditanya apakah Chambliss, yang juga anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat, telah melihat foto yang resmi? Seorang juru bicara Senat, Bronwyn Lance-Chester, kepada AFP pada Rabu malam, mengatakan, "Ia (Chambliss) sudah sangat jelas tentang hal (foto palsu) itu. Ia tidak melihat foto resmi."

Dua anggota Komite Angkatan Bersenjata, Senator Kelly Ayotte dan Scott Brown, keduanya dari Partai Republik, juga mencabut kembali pernyataan bahwa mereka telah melihat foto-foto mengerikan dari mayat Osama. Ayotte telah mengatakan bahwa "seorang senator" telah memperlihatkan kepadanya foto dan menunjukkan bahwa itu adalah kepala Osama dan tubuh bagian atas teroris yang paling dicari itu. Pada Rabu tengah malam, Ayotte mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Ketika saya diperlihatkan sebuah foto oleh seorang senator yang tampaknya merupakan jasad Osama bin Laden, saya tidak tahu apakah itu otentik."

Sementara Brown telah mengatakan kepada beberapa media dari Negara Bagian Massachusetts, daerah asal Brown, bahwa ia telah melihat gambar mayat Osama. "Biarkan saya meyakinkan Anda bahwa ia sudah tewas, bahwa Osama sudah tewas," kata Brown kepada televisi New England Cable News (NECN). "Saya telah melihat fotonya dan, pada kenyataannya, kami telah menerima briefing dan kami akan terus mendapatkan briefing." NECN kemudian memuat pembaruan berita yang meralat klaim Brown sebelumnya. Kepada NECN, kantor Brown menyampaikan bahwa foto Osama yang disebut Brown sebelumnya bukan merupakan foto otentik. Dari ketiga senator itu, hanya Brown yang mengatakan foto-foto mayat Osama itu tidak boleh dipublikasikan.

Ketua Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, dari Partai Demokrat, pada Rabu pagi mengatakan, ia tidak melihat ada foto apa pun dari Pemerintah AS terkait mayat Osama dan ia tidak terburu-buru untuk melihatnya. "Itu Osama bin Laden," katanya, merujuk pada hasil tes DNA terhadap mayat yang telah dilakukan beberapa saat setelah penyerbuan.

Harta Karun di Data Komputer Osama

WASHINGTON - Agen dinas intelijen Amerika Serikat yang memeriksa komputer dan peralatan penyimpanan yang ditemukan di tempat tinggal Osama bin Laden mengharapkan "tambang emas" data yang dapat mengungkap rencana teror, lokasi tokoh Al Qaeda, dan sumber dana, kata beberapa mantan pejabat AS, Rabu (4/5/2011).

Menurut para ahli, 5 komputer, 10 perangkat keras, dan 100 perangkat penyimpanan data, yang dibawa pergi setelah Osama tewas dalam serangan, Minggu (1/5/2011), menjadi terobosan dramatis intelijen buat AS dalam perang melawan Al Qaeda.

"Saya akan sangat terkejut jika ini bukan 'tambang emas' buat kami," kata mantan Wakil Direktur CIA John McLaughlin.

"Saya kira, kami barangkali akan menemukan laporan mengenai potensi perencanaan. Kami barangkali akan menemukan sesuatu mengenai pendanaan. Kami bisa mempelajari sesuatu mengenai apa pun hubungan yang ia buat atau tidak buat dengan Pakistan. Kami akan tahu mengenai para pembantu penting," kata McLaughlin kepada CNN, Kamis (5/5/2011).

Para pejabat AS mengatakan, satuan tugas khusus yang terdiri atas para ahli dari Dinas Intelijen Pusat (CIA), Badan Keamanan Nasional, Departemen Kehakiman, dan lembaga lain telah mulai meneliti peralatan itu, tugas yang akan berlangsung berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun.

"Pencarian awal akan dipusatkan pada pendeteksian ancaman yang ada dan keterangan yang menunjuk kepada sasaran lain yang bernilai tinggi di dalam Al Qaeda," kata Kepala Pusat Kontraterorisme Nasional Michael Leiter kepada Radio Publik Nasional.

"Pemerintah AS (mungkin) akan menambahkan nama baru di daftar pengawasan terorisnya sebagai hasil dari keterangan yang diperoleh dari tumpukan komputer Osama bin Laden," kata Jaksa Agung Eric Holder dalam suatu pertemuan Senat, Rabu (4/5/2011).

Para ahli perangkat maya pertama-tama akan melucuti perangkat keras, untuk mengetahui kemungkinan adanya perangkap atau pemicu yang dapat menghapus semua file. Lalu, mereka akan menarik dan menyalin semua data yang tersimpan, meneliti semua fail sementara, dan berusaha menembus kode rahasia, kata banyak pengulas.

"Mereka akan berusaha mendapatkan setiap tetes barang ini. Ada lapisan pertama data yang mungkin bisa diperoleh dengan cepat, lalu ada lapisan tambahan yang akan memerlukan analisis teknis lebih banyak," kata James Lewis, mantan pejabat di Departemen Pertahanan yang bekerja di bidang keamanan dan teknologi.

"Biasanya diperlukan waktu lama untuk mengobrak-abrik semua ini," kata Lewis, pegawai di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.

Amal, Istri Osama yang Diperebutkan Itu

AMERIKA Serikat (AS) dan Pakistan berebut hak untuk menahan Amal al-Sadah, istri termuda Osama bin Laden. Amal kini ditahan Pakistan dan negara itu, Rabu (4/5/2011), menolak permintaan Amerika untuk berbicara dengan Amal.

Perempuan berusia 27 tahun itu, berdasarkan laporan awal AS tentang serbuan ke kompleks tempat tinggal Osama di Pakistan, Minggu, telah berupaya menjadi tameng bagi suaminya dari sergapan pasukan khusus Navy SEALs. Namun, keterangan pihak AS kemudian menyebutkan, ia telah dijadikan tameng oleh Osama dan tewas. Laporan itu pun dikoreksi lagi dengan menyatakan bahwa Amal tidak tewas, hanya terluka di kaki. Amal seharusnya ikut terangkut helikopter pasukan AS, tetapi karena satu dari dua helikopter pasukan itu jatuh saat mendarat, Amal pun ditinggalkan. Ia kemudian ditangkap pasukan Pakistan.

Siapakah Amal al-Sadah? Kisah tentang dia bermula 11 tahun lalu. Ketika itu, ia adalah gadis remaja yang dibawa dari sebuah kota yang tenang di Yaman selatan, pertama ke Pakistan, lalu ke Kandahar di Afganistan selatan. Setahun sebelum serangan 11 September 2001, ia menjadi istri kelima Osama bin Laden. Saat itu, Amal berusia 18 tahun dan Osama 43 tahun.

Perkawinan itu diatur seorang tokoh Al Qaeda Yaman, Sheikh Mohammed Saeed Rashed Ismail. Ismail (saudaranya mendekam di tahanan Teluk Guantanamo) mengatakan kepada Yemen Post tahun 2008, "Saya adalah mak comblang (perkawinan) Osama dengan istrinya, Amal al-Sadah, yang merupakan salah seorang murid saya."

Bulan Juli 2000, Ismail mendampingi pasangan pengantin baru itu ke Afganistan. Tahun lalu, Ismail mengatakan kepada wartawan Hala Jaber, "Bahkan pada usia muda, dia (Amal) sangat religius dan percaya pada hal-hal yang Osama—seorang pria yang sangat religius dan saleh—yakini."

Perkawinan itu juga rupanya sebuah aliansi politik—demi memperkuat dukungan bagi Osama di tanah leluhurnya, Yaman. Pengawal Osama pada waktu itu, Abu Jandal, bertanggung jawab untuk mengantarkan mahar. "Sheikh (Osama) itu memberi saya 5.000 dollar AS dan menyuruh saya untuk mengirimkannya kepada orang tertentu di Yaman dan orang itu pada gilirannya membawa uang itu kepada keluarga pengantin perempuan," kata Abu Jandal pada harian Al Quds al Arabi tahun 2005.

Sesuai dengan tradisi Sunni konservatif, perayaan pernikahan itu semua menjadi urusan laki-laki. "Pengantin wanita dianggap telah menyetujui pernikahan itu dengan perjalanan ke Afganistan, jadi kehadirannya (dalam pernikahan) tidak diwajibkan," tulis Jaba di The Sunday Times setelah mewawancarai Ismail.

"Orang-orang merayakan dengan meresital puisi dan lagu, menyembelih anak-anak domba, dan menyantap makanan." Menurut Abu Jandal, "lagu-lagu dan kegembiraan bercampur dengan (suara) tembak-tembakan ke udara".

Setahun setelah pernikahan itu, Amal al-Sadah melahirkan seorang anak perempuan di Kandahar (beberapa hari setelah serangan 11 September 2001). Anak itu diberi nama Safiyah. Anak itulah yang mungkin, menurut para pejabat Pakistan, telah melihat ayahnya ditembak mati pada Minggu lalu. Ibunya, menurut sumber-sumber Pakistan, kini telah pulih dari luka di kaki yang dideritanya dalam serangan tersebut.

Paspor seorang perempuan Yaman yang ditemukan di kompleks persembunyian mereka tampaknya milik Amal, tetapi nama dalam paspor itu tidak sama persis dengan namanya. Para pejabat Yaman mengatakan, mereka tidak dapat mengidentifikasi secara pasti paspor itu dan Pakistan belum membuat permintaan untuk memulangkan siapa pun di kompleks bekas tempat tinggal Osama tersebut.

Tidak jelas apakah Osama dan Amal memiliki anak lainnya. Namun, pemimpin Al Qaeda itu memiliki lebih dari 20 anak dari lima istri. Salah satu putranya juga dilaporkan tewas dalam serangan di kompleks Abbottabad di Pakistan itu.

Analis terorisme CNN, Peter Bergen, telah menulis tentang pernikahan Osama dalam bukunya, The Osama bin Laden I Know: An Oral History of al Qaeda's Leader. Osama pertama kali menikah pada usia 17 tahun dengan seseorang yang masih sepupunya, Najwa Ghanem, yang mungkin dua tahun lebih muda dari Osama. Mereka punya 11 anak, tapi setelah menjalani hidup bersama yang terus-menerus berpindah, Najwa akhirnya meninggalkan Osama (dan Afganistan) beberapa hari sebelum serangan 11 September.

Istri kedua Osama adalah Khadijah Sharif, sembilan tahun lebih tua dari Osama, seorang perempuan berpendidikan tinggi dan keturunan langsung Nabi Mohammad. Mereka menikah tahun 1983 dan punya tiga anak—tapi akhirnya mereka bercerai ketika tinggal di Sudan pada tahun 1990-an. Dalam wawancaranya dengan Al Quds al Arabi, Abu Jandal mengatakan, Khadijah tidak mampu menghadapi kehidupan mereka yang keras dan akhirnya kembali ke Arab Saudi.

Istri pertama Osama, Najwa, membantu untuk mengatur perkawinan Osama yang ketiga dengan Khairiah Sabar. Khairiah juga perempuan berpendidikan tinggi dan bergelar doktor dalam syariah atau hukum Islam. Perempuan itu menikahi Osama tahun 1985 dan mereka punya satu anak, seorang putra. Bergen menulis bahwa tidak diketahui apakah perempuan itu selamat dari pengeboman di Afganistan pada Oktober dan November 2001.

Lalu, ada Siham Sabar yang menikahi Osama tahun 1987. Mereka punya empat anak, dan seperti Khairiah, dia tidak ketahuan jejaknya sejak invasi ke Afganistan. Amal al-Sadah adalah istri kelima dan termuda Osama. Amal sempat dipulangkan ke Yaman demi keselamatannya, tapi entah kenapa dia kembali ke tempat Osama.

Menurut Abu Jandal, setelah keluarga besar Osama tiba di Afganistan tahun 1996, mereka kerap naik bus yang dikawal dengan sebuah kendaraan yang penuh penjaga. Ia mengatakan, tiga istri Osama hidup harmonis dalam rumah yang sama. Mereka sering pergi ke acara outing keluarga—Osama dalam sebuah mobil tersendiri diikuti bus keluarga. Pada acara seperti, kata Abu Jandal, pemimpin Al Qaeda itu akan mengajari para istrinya bagaimana menggunakan senjata api.

Pengamat teroris CNN, Paul Cruickshank, mengatakan, tidak mengherankan jika di kompleks di Abbottabad yang diserang pasukan AS pada Minggu lalu terdapat sejumlah anak meskipun tidak diketahui berapa orang yang merupakan anak Osama. "Dia berusaha melatih anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya."

Secara keseluruhan, menurut Abu Jandal, Osama memiliki 11 putra, beberapa di antaranya lari dari kondisi kehidupan yang keras bersama ayah mereka ke kehidupan yang lebih sejahtera bersama keluarga besar Bin Laden yang kaya. "Adapun anak perempuan tidak diketahui pasti jumlahnya," kata Abu Jandal kepada Al Quds al Arabi.

Beberapa minggu setelah peristiwa 11 September, Osama mengatakan kepada wartawan Pakistan, Hamid Mir, bahwa ia punya rencana untuk putri bungsunya, Safiyah. "Saya menjadi seorang ayah dari seorang gadis setelah 11 September," katanya. "Saya menamai dia Safiyah, yang membunuh seorang mata-mata Yahudi pada zaman Nabi. (Putri saya) akan membunuh musuh-musuh Islam seperti Safiyah."

Perangkat Canggih dalam Penyerbuan Osama

Selain melibatkan pasukan khusus berkualifikasi tinggi dari Navy SEALs, operasi pemburuan dan penyerangan Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, juga melibatkan berbagai teknologi tinggi. Bahkan, operasi militer yang dilakukan pada Senin (2/5/2011) dini hari waktu Pakistan itu sangat bergantung pada keakuratan informasi yang diperoleh dari berbagai perangkat teknologi ini.

Sejak Badan Pusat Intelijen AS (CIA) berhasil melacak tempat tinggal Abu Ahmed al-Kuwaiti—kurir utama Osama di Abbottabad, Agustus 2010—CIA menggandeng dua lembaga intelijen lain untuk mengawasi rumah yang terletak tak jauh dari Akademi Militer Kakul itu.

Dua lembaga itu adalah Badan Keamanan Nasional (NSA), yang bertugas menyadap dan menganalisis seluruh sinyal komunikasi elektronik di rumah tersebut, serta Badan Intelijen-Geospasial Nasional (NGA), yang bertugas mengumpulkan, mengembangkan, dan menganalisis citra satelit yang menggambarkan lokasi tersebut.

The Huffington Post, mengutip pernyataan Gedung Putih, mengatakan, pihak intelijen dan militer mengandalkan citra satelit dan ”teknologi sangat maju yang masih dirahasiakan” untuk mengembangkan citra satelit itu menjadi informasi yang meyakinkan bahwa Osama berada di dalam rumah itu.

Dari hasil analisis citra satelit ini, militer AS bisa membangun replika rumah tersebut, lengkap dengan seluruh detail, seperti tinggi tembok yang mengelilingi rumah itu. Replika itu dibangun di kompleks Pangkalan Udara Baghram, Afganistan, awal April, sebagai sarana latihan akhir pasukan SEALs.

Menurut pakar penginderaan jarak jauh dari Universitas Chiba, Jepang, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, sangat mungkin AS menggunakan satelit mata-mata yang mampu menampilkan citra di balik dinding rumah.

Josaphat mengatakan kepada Kompas, Rabu, satelit yang dilengkapi sensor gelombang mikro di bawah frekuensi S-band mampu melihat menembus dinding yang terbuat dari berbagai jenis bahan bangunan, mulai dari batu bata, adonan tanah, hingga beton.

Mitch Derman dari lembaga analisis intelijen i2 menambahkan, pihak intelijen AS juga menggunakan perangkat lunak analisis jaringan sosial untuk merangkai berbagai informasi intelijen yang seolah tak berkaitan menjadi memiliki pola yang bisa diikuti. Perangkat lunak ini pernah digunakan untuk melacak Saddam Hussein.

Perangkat identifikasi

Untuk mengidentifikasi sasaran yang berhasil mereka lumpuhkan, pasukan SEALs, yang menyerang rumah Osama, juga dilengkapi dengan perangkat biometrik genggam Secure Electronic Enrollment Kit II (SEEK II). Alat seberat kurang dari 1,8 kilogram itu mampu memindai bagian iris mata, sidik jari, dan wajah, kemudian mengirimkan secara nirkabel ke markas mereka untuk dicocokkan dengan basis data identitas buronan Biro Investigasi Federal AS (FBI).

Untuk memastikan identifikasi ini, tim penyerang juga diduga dilengkapi dengan perangkat tes DNA portabel, yang mampu mengeluarkan hasil komparasi DNA hanya dalam waktu dua jam.

Akhir 2010, tim dari University of Arizona memperagakan sebuah alat yang mampu menyelesaikan tes DNA ini dalam waktu dua jam. Padahal, tes DNA lazimnya butuh waktu hingga 14 hari. Diduga kuat, militer AS telah memiliki alat semacam ini.

Petinggi Al Qaeda Menyerahkan Diri

RIYADH - Khaled Hathal Abdullah al-Atifi al-Qahtani, petinggi Al Qaeda yang menjadi buronan pihak berwajib Arab Saudi, dilaporkan menyerahkan diri. Sementara dua perwira menengah Al Qaeda terbunuh di Yaman, diduga akibat serangan pesawat tempur tak berawak milik Amerika Serikat.

Penyerahan diri Al-Qahtani diumumkan oleh Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi Mayor Jenderal Mansour al-Turki di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (4/5/2011). Adapun insiden di Yaman terjadi di daerah basis Al Qaeda di Provinsi Shabwa, Yaman, Kamis pagi.

Menurut Al-Turki, Al-Qahtani mengontak aparat keamanan Arab Saudi dari sebuah negara yang dirahasiakan dan menyatakan ingin pulang. Al-Qahtani masuk dalam daftar buronan yang dikeluarkan Interpol, Januari lalu, karena diduga terlibat jaringan teroris Al Qaeda.

Al-Turki mengatakan, Al-Qahtani akan dipertemukan kembali dengan keluarganya. Penyerahan dirinya akan dijadikan pertimbangan untuk meringankan hukuman.

Di Yaman, Kementerian Pertahanan Yaman menyebut dua perwira tingkat menengah Al Qaeda yang terbunuh adalah dua bersaudara bernama Musa'id dan Abdullah Mubarak. Belum jelas siapa yang menyerang mereka dan apa alasannya.

Beberapa saksi mata melihat pesawat tempur tak berawak (drone) pada saat kejadian, sementara saksi mata lain mengaku melihat roket yang disusul ledakan.

Kantor berita Agence France-Presse (AFP) menyebutkan, serangan dilakukan drone milik AS yang sebenarnya mengincar seorang petinggi Al Qaeda di Yaman. Namun, serangan itu meleset dan mengenai dua bersaudara tersebut. Serangan selanjutnya melukai satu orang lagi di kota Nissab.

Kawasan Yaman selatan menjadi basis operasi Al Qaeda di Jazirah Arab (AQAP) sejak para simpatisan Al Qaeda di Arab Saudi bergabung dengan rekan mereka di Yaman, 2009. The Washington Post melaporkan pada November 2010 bahwa Pemerintah AS telah menempatkan pesawat-pesawat drone Predator di Yaman untuk memburu simpatisan Al Qaeda ini.

Penyerahan diri Al-Qahtani dan terbunuhnya dua perwira di Yaman ini menjadi pukulan terbaru bagi Al Qaeda setelah pemimpin mereka, Osama bin Laden, tewas tertembak pasukan AS di Abbottabad, Pakistan, Senin lalu. Dua peristiwa tersebut juga mencerminkan perbedaan pandangan di kalangan simpatisan Al Qaeda sendiri.

Sengaja dibocorkan

Perpecahan di Al Qaeda itu bahkan disinyalir sudah terjadi hingga tingkat pimpinan puncak. Surat kabar Al Watan di Arab Saudi, Kamis, menurunkan laporan yang mengatakan, lokasi persembunyian Osama sengaja dibocorkan kepada pihak AS oleh wakilnya sendiri, Ayman al-Zawahiri, yang berasal dari Mesir.

Laporan yang mengutip seorang "sumber regional" yang tak disebut namanya juga mengatakan, terjadi perbedaan pendapat dan perebutan kekuasaan antara Al-Zawahiri dan Osama.

Faksi pendukung Al-Zawahiri berhasil membujuk Osama meninggalkan persembunyiannya di perbatasan Afganistan-Pakistan dan pindah ke rumah di Abbottabad. Seorang kurir yang bekerja untuk pihak Al-Zawahiri kemudian menuntun intelijen AS menemukan tempat persembunyian Osama itu.

Rencana menyingkirkan Osama sudah disusun sejak tokoh Al Qaeda dari Mesir, Saif al-Adel, kembali dari Iran, akhir tahun lalu. "Faksi Mesir itu secara de facto mengendalikan organisasi Al Qaeda saat ini," ungkap sumber tersebut.

Tak dipublikasikan

Dari AS, Presiden Barack Obama memutuskan, pihaknya tak akan memublikasikan foto-foto jasad Osama guna menghindari penggunaan foto-foto itu sebagai sarana propaganda untuk mendorong aksi kekerasan. "Kami bukan orang seperti itu. Kami tidak memperlihatkan hal-hal seperti ini bagaikan trofi (tanda keberhasilan)," kata Obama yang menegaskan, bukti-bukti identifikasi, termasuk tes DNA, sudah cukup untuk memastikan itu jasad Osama.

Sementara itu, tekanan Kongres AS untuk menghentikan bantuan kepada Pakistan makin kuat. Kay Granger, Ketua Komite Pengawas Bantuan Luar Negeri DPR AS, menekan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton untuk menangguhkan bantuan 190 juta dollar AS (Rp 1,6 triliun) bagi korban banjir Pakistan.

"Keberatan saya terhadap program ini diperkuat dengan pengungkapan teroris terbesar di dunia tinggal tak jauh dari instalasi militer (di Pakistan) selama lebih dari lima tahun," ujar wakil rakyat dari Partai Republik itu.

AS Gunakan Heli "Siluman"?

DIREKTUR CIA Leon Panetta menyebutkan, dua helikopter Blackhawk digunakan untuk mengangkut tim penyerang rumah Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, Senin lalu. Namun, reruntuhan helikopter yang jatuh sama sekali tak menunjukkan ciri-ciri helikopter Blackhawk.

Foto-foto reruntuhan helikopter AS yang jatuh dan kemudian diledakkan oleh anggota pasukan khusus Navy SEALs membuat heboh kalangan pengamat dunia penerbangan di internet. Sisa-sisa bagian ekor, yang menunjukkan baling-baling belakang, sirip tegak, dan sayap horizontal, sama sekali tak menunjukkan ciri-ciri bagian ekor helikopter MH-60 Blackhawk, yang biasa digunakan untuk mengangkut pasukan khusus AS.

Salah satu perbedaan paling mencolok adalah di bagian sayap horizontal. Pada Blackhawk biasa, bagian sayap ini berbentuk membulat di bagian depan seperti umumnya sayap pesawat terbang, dengan guratan garis-garis melintang di sepanjang sayap. Sementara di reruntuhan helikopter ini, ciri-ciri bentuk sayap Blackhawk itu tak ditemukan.

Alih-alih, bagian helikopter di Abbottabad ini justru mengingatkan pada bentuk khas pesawat-pesawat "stealth", seperti F-117, yakni permukaan yang mulus berlapis bahan berwarna gelap, dengan bentuk-bentuk menyudut di bagian sisi. Di bagian motor baling-baling terdapat lapisan penutup menyerupai perisai. Jumlah bilah baling-baling pun lebih banyak daripada jumlah bilah baling-baling Blackhawk standar.

Seketika muncul dugaan, pasukan khusus yang menyerbu rumah Osama itu datang menggunakan helikopter baru berteknologi siluman, yang belum pernah diketahui publik.

"Sekarang kita tahu mengapa sulit mengidentifikasi helikopter yang jatuh itu. Itu adalah helikopter siluman yang dikembangkan secara rahasia, yang kemungkinan adalah versi modifikasi lanjut dari seri H-60 Blackhawk," tutur Bill Sweetman, editor majalah penerbangan Aviation Week.

Tak terdeteksi

Bahan pelapis dan bentuk-bentuk menyudut khas pesawat siluman itu bertujuan untuk memperkecil bidang pantul radar sehingga pesawat ini sulit dideteksi radar. Sementara jumlah bilah baling-baling yang lebih banyak dan lapisan penutup baling-baling, menurut Sweetman, bertujuan mengurangi kebisingan suara khas helikopter. "Bilah baling-baling yang lebih banyak mengurangi suara ’whop-whop’ (akibat kibasan baling-baling) yang khas," tutur Sweetman.

Salah satu saksi di Abbottabad, yang diwawancara ABC News, mengaku, ia sama sekali tak mendengar suara helikopter-helikopter itu mendekat. Suara helikopter baru terdengar setelah berada tepat di atas kepala. Penggunaan helikopter berteknologi siluman menjelaskan bagaimana pasukan AS bisa masuk jauh hingga pedalaman wilayah Pakistan dan kemudian keluar ke Afganistan tanpa terdeteksi sistem radar pertahanan udara negara itu.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Pakistan Salman Bashir mengaku, Angkatan Udara Pakistan menerbangkan dua pesawat F-16 sekitar 35 menit setelah mendeteksi aktivitas asing di wilayah udaranya. Namun, terbukti pesawat-pesawat tersebut tak berhasil menemukan helikopter-helikopter AS.

Pemakaian helikopter yang sangat rahasia itu menunjukkan bagaimana AS memandang misi ini sangat penting dan sensitif. Meski demikian, terungkapnya proyek helikopter siluman ini mengejutkan para pengamat penerbangan.

AS pernah mengembangkan helikopter berteknologi siluman RAH-66 Comanche pada pertengahan 1990-an. Namun, proyek ini dibatalkan pada 2004 karena biayanya yang terlalu tinggi.

Departemen Pertahanan AS waktu itu berjanji akan menerapkan teknologi Comanche untuk melengkapi armada helikopter yang sudah mereka miliki.

Hingga saat ini tak ada konfirmasi resmi dari pejabat AS tentang helikopter misterius di Abbottabad itu.

sumber : kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar